Home | Puisi | Oase | Hehe | aku | Gallery | Links | Friends | BukuTamu |
Elegi Sunyi
Seperti hari kemarin
Aku masih terpasung dalam kabut malam
Padahal di ujung jembatan
Waktu tengah menyeret-nyeret nasib
Menuju sebuah perbatasan
(Kulihat kau juga termangu-mangu di ujung pintu)
"kita tengah sakit," ucapmu
"Selamat malam," angin malam bergumam dengan malas
Ketika melintas di dekat jendela
Mungkin sekedar basa-basi
Bagi gerimis yang membuat kita harus bersedekap menahan dingin
Sesekali mimpi bertepuk tangan menyambut rasa lelah
Yang selalu membuatku ingin menziarahimu ,
mengeja kembali nama-nama yang tertera pada batu dan kitab suci
entahlah..apa yang harus dicemaskan
barangkali kita lupa pada percakapan dan diskusi para lelaki yang mengajarkan kesejatian
hingga sujudpun tak pernah bisa memuarakan air mata
kita sering kehilangan nama-Nya
mungkin kita harus selalu berdoa
agar matahari terbit sebelum kereta beragkat
hingga kita sempat sarapan
dan membaca headline koran pagi:
"hari ini sangat indah dan damai"
yogya 5 januari 99
muhammad Misbakhudin