Home  |  Puisi   |  Oase   |  Hehe  |  aku  |     Gallery  |     Links  |     Friends  |     BukuTamu  


Kupeluk Kamu di Malioboro

 
Masalahnya memang bukan cinta
tapi adalah lenganmu yang tak juga jemu
menggelayuti leherku
Keluh kesahmu mungkin masih berguna
bagi dingin daun telinga
tapi sebentar lagi hari dini
kita mesti berkemas dan beranjak dari mimpi
aku tahu, barangkali kita tak akan lagi ketemu
tapi apa pula alasannya kau mencegatku tiba-tiba
dengan kebaya terbuka di bagian dada
dan kain parang rusak yang mengabur coraknya
aku bukan tempat mengadu yang tepat
sebab begitu kereta pertama di stasiun tugu tiba
akupun segera berangkat, bahkan warna bibirmu
mungkin lupa kuingat
 
Maafkan bahwa aku sempat terpesona
pada entah bagian mana dari keseluruhanmu
Mungkin lantaran pilar-pilar mencipta bayang-bayang
yang jika didekati seketika menghilang
Yang lahir dari keremangan
hanyalah semu kenyataan
boleh jadi karena jalan ini teramat sepi
rambutmu tergerai menjelma tali-tali kecapi
dan air matamu berderai menghapus debu di pipi
bersama butir air yang gugur berlinangan
gugur pula kenanganmu atas masa silam
tapi demi apa kamu menangis untuknya
 
Bayanganmu tentang pangeran
yang dimanjakan selusin dayang-dayang,
atau kereta kencana yang diiring parajurit berkuda
lupakan saja!
 
Lihatlah kota ini pun terus berdandan ,
gedung-gedung akan tumbuh gemerlapan
mengubur babad leluhurmu yang rapuh
dan menelan bunyi gamelan
Malioboro yang dulu ramah
tinggal menjadi rintihan pena para penyair yang resah
yang berfantasi tentang sebuah kerajaan
tempat mereka bisa merasa menjadi raja
atau hulubalang
Masalahnya memang bukan cinta
tapi , memang, perjumpaan singkat tak selalu sia-sia
Di sini setiap orang merasa beruntung atas nasibnya
bahkan para pedagang yang tak laku itu tak menggerutu
atas malam senyap dan hujan mendadak menderu.
(sitok srengenge)